Podium Kehormatan 17-an Warga Mangga Tiga

oleh: I’anatul Khasanah

Pada suatu ketika, bapak ketua Rt mengunggah sebuah pengumuman tentang berbagai macam perlombaan. Mulai dari perlombaan anak-anak, orang tua dan tidak ketinggalan para ibu. Apalagi diakhir pengumuman itu jalan sehat akan dilepas oleh orang nomor satu di kota ini dan berbagai perlombaan ibu-ibu akan dinilai langsung oleh ibu pj. Sungguh ramai di kampung ini, terutama pasukan ibu-ibu.

Semua grup whatsapp kampung pun geger. Hanphone ramai saling bersahutan dering dan ringstone. Semua saling membalas. Namun, grup whatsapp ibu-ibu tetap yang paling ramai. Apalagi panitia sudah menyiapkan hadiah utama dan berbagai macam doorprize yang menarik.

“Besok aku juaranya”, Kata Ibu Dian. Sementara ibu yang lain tak mau kalah.
“Kelompokku lebih hebat.” Kata ibu Nurul.
“Membuat tumpeng. Kelompokku juaranya ya jeng.” Kata ibu Endang.
Ditimpali lagi whatsapp yang lain. “Saya mah cukupkan juara utama saja dan bisa berfoto dengan pj walikota.” Ibu Sofi tak mau kalah.

Para ibu sepanjang malam itu mulai sulit tidur. Pikiran membahana dan membayangkan esok pagi dapat naik ke podium menerima hadiah doorprize utama. Apalagi yang memberikan hadiah doorprize adalah pj walikota. Menerima hadiah dan dapat berfoto dengan walikota. Sesuatu yang sangat dimpikan.

Ibu Dian, “Paksu besok kita naik podium. Jangan sampai hadiah utama terlepas.” Jawab suaminya. “Ya jangan terlalu berharap, yang terpenting ramainya to bu.” “Paksu ki. Apa tidak senang kalau dapat hadiah utama.”
Beda dengan ibu Nurul, “Hahahah, besok kita foto dengan pak pj ya paksu.” “Siap bune”
Beda lagi dengan bu Endang, “Besok semua hadiah milik kelompokku, apalagi hadiah utama.” “Ya jelas to bune, apalagi kita dapat berfoto dengan pak pj. Apa tidak so sweet gitu. Hahahah.”
Sementara bu Sofi, “Pakne, jangan lupa aku besok dibantu, biar juara. Apa kamu tidak ikut senang bila kita dapat berfoto dengan pak dan ibu pj.” Mereka berdua tertawa. “hahahaha”. “Betul bune.”

Maka, semenjak sore tanpa absen, para ibu sudah melakukan persiapan. Melakukan latihan jalan sehat berkeliling komplek rumahnya sambil memperbincangkan siapa saja yang dapat berfoto nantinya di panggung. Maklum jalan sehat dalam rangka memperingati HUT RI kali ini akan disaksikan dan dilepas langsung oleh orang nomor satu di kota ini. Terakhir kabar, ibu pj juga siap menjadi juri berbagai macam perlombaan ibu-ibu. Sungguh menarik dan membuat orang gembira. Pelaksanaan jalan sehat sendiri dengan mengambil rute sepanjang desa sejauh 5 km. Sebuah persiapan fisik yang harus matang untuk sebuah harapan.

Bagi para ibu, memeriahkan HUT RI merupakan momen melanjutkan perjuangan cita-cita RA Kartini. Sebuah pioner nafas gerak kaum perempuan turut mengusir penjajah pada waktu itu. Kartini telah mampu membukakan mata masyarakat Indonesia bahwa perempuan juga dapat mendampingi pria untuk turut melawan penjajahan. Sejarah telah membuktikan bahwa banyak perempuan yang berjiwa patriot lahir di negeri ini seperti halnya Nyi Walidah, Cut Nyak Dien, Cut Mutia, Maria Marta Tiahahu dan lain sebagainya. Mereka maju ke medan laga tanpa harus takut melawan kolonialisme. Hal itulah yang melatar belakangi perempuan pada era ini.

Maka, pada zaman kemerdekaan ini. Semua orang punya harapan dan hak yang sama untuk memeriahkan kemerdekaan RI. Masyarakat mempunyai impian dan cita-cita, berbaur menjadi satu demi satu tujuan yakni memeriahkan HUT RI ke-79. Semua warga bergembira menyambut hadirnya.

Berbeda dengan tahun yang lalu. Cukup mandi dan memakai Sepatu olah raga. Persiapan kali ini tentu berbeda. Selain semangat memenangkan doorprize. Dandan rapi dan harus terlihat cantik, biarpun usia sudah setengan abad. Sehari sebelumnya, mereka sudah memesan kaos yang sama bertuliskan. ‘Semangat Juara HUT ke-79 Republik Indonesia.’ Kaos dengan dasar merah dan putih sesuai dengan warna bendera Indonesia sudah disiapkan. Tak ketinggalan pula memakai sepatu pun pilih warna merah.

Pada hari yang sangat menentukan. Semua warga kampung berkumpul. Tidak ketinggalan para ibu. Mereka semua mengenakan kaos merah putih. Sementara para bapak menggunakan kaos berwarna-warni dan kelihatan tidak terorganisir, sangat berbeda dengan para ibu. Semua sudah dipersiapkan. Kaum ibu memang nomor wahid bila urusan seragam, “Kata pak Rt.”Dari kejauhan terlihat sebuah mobil berplat merah mendekat.
“Awas-awas pak pj datang. Beri jalan.”

Benar teryata, keluar dari mobil disertai dengan ibu pj. Semua bersorak dan bertepuk tangan. Sementara warga sudah bersiap untuk jalan. Maka, waktu yang ditunggu telah tiba. Pak pj meresmikan jalan sehat kampung kami. Warga bersama dengan pak dan ibu pj melaksanakan jalan sehat. Sampai pada finish dan tibalah saat pengundian doorprize.

Sungguh menengangkan. “Hadiah utama sebuah kulkas 2 pintu jatuh pada nomor ….” Seperti biasa ibu Dian, Nurul, Sofi dan Endang yang sudah ramai di grup whatsapp saling pandang. Mereka menaksir bahwa kali ini harus asaya yang mendapatkan. Kata mereka di hati masing-masing.

Pak pj mengulang membacakan nomor doorprize utama. “Silahkan bapak ibu di Simak. Sudah siap semua. Nomor yang keluar adalah 112.” “Kamu bu. Bukan ki.” Mereka berempat saling bertanya dan teryata bukan. Sesosok Perempuan nampak tergopoh naik ke atas panggung. “Namane sinten bu.” Tanya pak pj.
“Nama saya, Juminah pak.” Semua bertepuk tangan. Tidak ketinggalan ke empat ibu tadi.

Pada hari yang bersejarah itu. Juminah menjadi orang yang popular di kampung kami. Semua bergembira. Pada akhir sesi pak pj mengajak foto bersama dengan warga masyarakat. Panggilan 4 sekawan, ibu Dian, Endang, Nurul dan Sofi dengan gaya khas masing-masing.
“Selamat kampung Mangga Tiga sudah berhasil menyemarakkan kegiatan HUT RI ke-79.” Pj Walikota mengakhiri sambutan.