Membaca; Memberatkan?

Oleh: Sri Walji Hasthanti, M.Pd.
SD Muhammadiyah (Plus)


Senin, 23 November 2020
Pernahkan kita merasa berat ketika harus membaca? Atau pernahkah kita melihat ekspresi anak/siswa kita yang enggan ketika ditugaskan untuk membaca? Membiasakan diri untuk suka membaca tidaklah mudah, begitu juga dengan menumbuhkan minat membaca anak. Ada banyak faktor yang menyebabkan anak menjadi enggan membaca. Misalnya, usia anak yang ternyata lebih muda dibandingkan dengan teman-temannya di kelas. Hal ini terjadi karena usia anak ketika masuk kelas 1 belum mencapai usia sekolah dasar atau disebut kurang umur. Akibatnya, anak mengalami kesulitan mengikuti kegiatan membaca atau kurang dapat memahami kosa kata pada bacaan.
Selain usia, ada faktor lain yang menyebabkan anak tidak suka mambaca. Kegiatan membaca di sekolah misalnya, bisa jadi membuat anak merasa terpaksa melakukan karena dianggap sebagai perintah yang tidak dapat ditunda. Mereka harus berhadapan dengan rangkaian kata yang panjang, tidak bergambar, belum lagi jika harus bertemu dengan kata yang masih asing. Sehingga membaca bukan lagi sebagai suatu keinginan yang dapat menimbulkan kenikmatan bagi anak, malah anak kehilangan rasa ingin tahu dan minatnya untuk membaca. Namun, benarkah membaca itu membosankan?
Bagi anak-anak kegiatan membaca bisa menjadi hal yang membosankan. Apalagi bagi anak yang telah diberikan buku materi pelajaran di sekolah dan ditugaskan untuk membacanya. Bacaan dalam buku pelajaran kadang ada yang tidak sesuai dengan tingkat pemahaman anak, mulai dari pilihan kata, kejelasan gambar, huruf, juga variasi susunan atau tata letaknya. Untuk mengatasi kebosanan ini, guru maupun orang tua dapat menempatkan diri menjadi penghubung antara anak dengan buku pelajarannya. Caranya, dengan menemani saat anak membaca dan siap menjelaskan ketika anak berhadapan dengan kata/kalimat yang belum dipahami.
Untuk beberapa anak membaca adalah suatu hal yang sulit. Bisa jadi mereka menganggap sulit karena merasa putus asa atau bahkan trauma karena telah terjadi kegagalan dalam kemampuan membaca. Bahkan, bagi beberapa anak yang mengalami kesulitan membaca, akan timbul rasa kecemasan bila melihat buku. Jika demikian, orang tua/guru dapat mengajak mereka ngobrol santai sambil mencari tahu buku-buku seperti apa yang menarik menurut mereka. Jika masih mengalami kesulitan, orang tua dapat berkonsultasi dengan gurunya bagaimana mendapatkan bacaan sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Jika anak sudah berhasil membacakan suatu kalimat dengan baik, jangan sungkan untuk memberikan pujian. Begitu juga sebaliknya, bila ada sesuatu yang belum benar ketika ia membaca, berikanlah masukan sehingga ia mau memperbaiki dan akan merasa lebih dihargai. Kesalahan yang mereka lakukan hanya sebagian dari proses pembelajaran.
Ketika di rumah, orang tua dapat mencoba mencari bacaan jenis lain yang berkaitan dengan kepentingan dan kegemaran anak. Misalnya, bila anak laki-laki senang dengan lego, berikanlah buku-buku yang berkaitan dengan lego. Pancing rasa ingin tahu mereka terlebih dahulu, perlahan mereka akan mulai suka untuk membaca. Untuk anak perempuan mungkin tertarik dengan cerita animasi, akan lebih senang jika mendapat buku yang menceritakan tentang idolanya.

Kendala lain yang sering muncul adalah anak merasa tidak memiliki waktu untuk membaca buku. Berbagai kesibukan harian, mulai dari sekolah, les, bermain dengan teman, mengerjakan tugas sekolah, dan kesibukan lain serta menonton televisi telah menyita waktu mereka. Bagi anak-anak, aktivitas membaca bukanlah hal yang menyenangkan. Mereka akan lebih memilih bermain dengan teman-teman, menonton televisi atau main game ketimbang harus membaca buku. Anak-anak yang sudah bersekolah dan menekankan membaca sebagai suatu kinerja, maka anak akan menganggap aktivitas membaca merupakan suatu tugas/beban. Kondisi ini justru akan membuat anak semakin tidak suka dengan yang namanya membaca. Oleh karena itu, tekanan-tekanan seperti ini hendaknya disingkarkan sehingga anak akan lebih mudah merasakan nikmatnya aktivitas membaca. Mereka belum paham bahwa membaca itu sangat penting dan bisa menjadi tujuan hidup mereka. Mereka belum menyadari bahwa buku adalah jendela dunia, dengan banyak membaca dapat membuka cakrawala dan menambah wawasan mereka. Hal inilah yang membuat mereka belum bisa menghargai pentingnya aktivitas membaca.
Lingkungan keluarga sangat berperan dalam memotivasi anak-anak agar mereka cinta buku dan gemar membaca. Ketika anak tidak pernah mendapati orang tuanya sering membaca maka akan sulit bagi anak untuk dapat menumbuhkan rasa gemar membaca. Apa yang dilakukan orang tua menjadi contoh bagi anak untuk melakukan hal yang sama. Sejauh ini, cara yang paling efektif untuk mendorong anak agar mau membaca dan mencintai buku adalah dengan membiasakan membacakan buku kepada mereka. Bacakanlah dengan suara yang terdengar oleh anak dan jauhkan dari gangguan telepon atau televisi. Selain itu, anak akan lebih tertarik bila buku yang dibacakan sesuai dengan kepentingan dan kegemarannya. Semakin dini kebiasaan itu dilakukan, akan semakin efektif hasilnya. Namun, kebiasaan membacakan buku ini harus konsisten, perlu kesabaran dan ketelatenan dalam membacakan buku untuk anak. Jika memang sudah menjadi komitmen, lakukan kegiatan ini dengan hati gembira, suasana yang menyenangkan, atau bahkan sambil bermain. Hasilnya, anak akan lebih tertarik dengan buku dan ingin menjelajahi dunia tanpa mereka harus bergerak atau pergi ke suatu tempat.