Guruku Teman Curhatku

Mursyidatun Ni’mah

Seberapa dekat kalian dengan anak-anak didikmu?

Sebuah riset menyatakan bahwa remaja yang diberi kesempatan berbicara atau curhat kepada orang tua, mereka akan memiliki daya tahan mental lebih baik terhadap lingkungan negatif. Namun, hanya anak-anak yang merasa dekat dengan orang tua, yang dapat melakukan curhat. Nah, bagaimanakah caranya agar kita sebagai orang tua kedua di sekolah bisa menjadi tempat curhat yang nyaman bagi anak didik kita? Ikuti langkah-langkah berikut ini:

Pertama menjadi guru yang bisa digugu dan ditiru artinya seorang guru adalah seorang yang diperhatikan dan ditiru setiap gerak-geriknya. Oleh sebab itu kita sebagai guru dituntut memberikan teladan yang baik bagi anak didik kita.
Muslim meriwayatkan dari Jarir bin Abdullah dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda:
“Dalam Islam itu, barangsiapa yang memberikan teladan suatu kebaikan maka ia akan memperoleh pahala ditambah pahala seperti yang didapat oleh mereka yang meneladaninya sesudahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dalam Islam itu, barangsiapa yang memberikan teladan suatu keburukan maka dia akan memperoleh dosa ditambah dosa seperti yang didapat oleh mereka yang meneladaninya sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.”

Dari hadis di atas cukup jelas jangan sampai ada julukan negatif pada seorang guru, gara-gara selalu marah dan berteriak, menghina, merendahkan, suka mempermalukan di dalam kelas, memberi julukan buruk, menghukum yang tidak mendidik, dll. Jika semua hal itu tidak ada pada diri guru maka siswa akan mendekati diri kita, kenyamanan akan tercipta dan anak-anak akan terbuka pada diri kita.

Kedua harus menaruh rasa kasih sayang terhadap murid dan memperlakukan mereka seperti perlakuan anak sendiri. Sesuai sabda Rasulullah SAW :
“… sesungguhnya sayang kami kepada kamu sekalian (anak didik) seperti sayangnya orang tua kepada anaknya.”

Kedekatan, rasa sayang seperti halnya orang tua dengan anaknya, menjadi tempat curhat, menjadi tempat berbagi cerita. Selanjutnya berikan waktu tersendiri kepada mereka, izinkan mereka mendekati kita, bercengkerama, bercerita, dan bercanda seperti ketika jam istirahat pada pembelajaran, atau jam setelah pulang sekolah.
Jika kita menganggap siswa sebagai anak maka kita pasti akan berusaha memahami karakternya satu persatu dari mereka, dan bagaimana kita harus mendekati, akrab, dan tidak harus menjaga jarak. Sebagai orang tua kita juga harus dapat menciptakan hubungan yang harmonis dengan siswa. Karena siswa sendiri sebagai manusia yang memiliki rasa cinta, bahasa cinta harus selalu kita curahkan kepada siswa untuk menciptakan suasana menyenangkan dan menarik sehingga mereka akan merasa dihargai. Bahasa cinta merupakan kunci sukses bagi semua guru untuk membangun sebuah hubungan yang indah dengan siswa, sehingga tercipta suasana yang menyenangkan dan penuh cinta.

Hal tersebut di atas, Insya Allah tidak merepotkan kita sebagai guru jika kita ikhlas. Menjadi teman curhat itu sederhana dan tidak butuh keterampilan khusus asal kita mau memahami mereka. Setelah mereka sudah terbuka maka dengan mudah kita menasihati, mengarahkan, membimbingnya sehingga mereka akan menjadi generasi yang membanggakan.