Guru spiritual tidak tergantikan

Mursyidatun Ni’mah, M.Pd

Kebutuhan manusia terhadap teknologi digital saat ini sangat tinggi, pembelajaran daring menuntut guru,orang tua, dan siswa harus memiliki handpont androit yang memadai. Jika sebelumnya dalam pembelajaran tatap muka siswa tidak boleh membawa hp, tapi sekarang ini semua siswa harus memegang handpont. Inilah tantangan besar bagi pendidik, karena dalam sehari berapa persen siswa belajar dengan daring, kemudian selebihnya berapa persen hp itu digunakan oleh siswa.

Game atau permainan inilah dilakukan siswa selanjutnya. Jika dahulu game atau permainan dengan menggunakan fisik tubuh anak seperti bermain petak umpet, kejar- kejaran, kelereng, lompat tali, sudah mandah dan lain sebagainya.Tetapi zaman sekarang permainan tersebut sudah jarang ditemukan di dunia anak-anak, sekarang yang terlihat anak bermain game online yaitu permainan dengan menggunakan perangkat handphone atau smatphone yang dapat dimainkan dengan koneksi internet. Bahkan dalam permainan ini bisa dilakukan bersama walaupun orang yang memainkan jaraknya sangat jauh.

Karena game online ini sangat menarik maka banyak anak- anak menghabiskan waktunya di depan handphone, bahkan ada yang sampai kecanduan. Lalu Bagaimana kita menanamkan ke anak didik agar mereka bisa memanfaatan waktu sebaik mungkin. Allah banyak bersumpah dalam Al quran dengan menggunakan waktu, “wal asri” demi masa, “wad dhuha” demi waktu dhuha, ” wal lail” demi waktu malam, dan lain sebagainya. Inilah yang harus betul- betul kita pahamkan, kita sadarkan ke anak – anak bahwa memanfaatkan waktu itu sangat penting.

Guru pendidik di muhammadiyah dituntut untuk bisa menjadi guru spiritual yang tidak tergantikan. Mengobati , menerapi, dan menghilangkan setiap penyakit moral yang ada dalam diri anak. Salah satu terapinya dengan membentuk karakter qurratu a’yun. Ini menjadi tanggung jawab semua guru muhammadiyah, jika karakter qurratu a’yun ini ada pada diri anak didik maka mereka akan bijak dalam menggunakan hp, dan menjadikan permainan hanya selingan semata. Bekerjasama dengan orang tua membangun kedisiplinan dan lingkungan yang baik untuk anak-anak di rumah. Seperti penugasan sholat berjamaah, tadarus bersama, dan lain lain. Berdoa dan tawakal, yakni senantiasa mendoakan anak-anak agar selalu menjadi anak qurrataa’yun.