BEREMPATI

Oleh : Hasthanti, SD Muhammadiyah Plus Salatiga

Senin, 31 Agustus 2020
Empati, sebuah kata yang tidak asing bahkan sering sekali kita menggunakan kata tersebut. Namun, apakah kita tahu apa empati itu sebenarnya? Empati menurut KBBI adalah kemampuan dengan berbagai definisi yang berbeda yang mencakup banyak hal, berkisar pada orang lain yang menciptakan keinginan untuk menolong sesama, mengalami emosi yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui apa yang orang lain rasakan dan pikirkan, mengaburkan garis antara diri dan orang lain. Mengutip dari kalimat Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence menyatakan bahwa pada dasarnya empati adalah kemampuan untuk mengerti emosi-emosi yang dirasakan oleh orang lain. Sedangkan secara umum, empati dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk memahami orang lain dengan memposisikan diri sebagai orang lain tersebut. Dengan kata lain, empati berarti kemampuan seseorang untuk bisa merespon keinginan orang lain secara nonverbal.

Kita mungkin sering membaca berita di koran, menyaksikan tayangan di televisi, di media sosial maupun secara langsung mendapati kejadian yang mengundang perhatian sekaligus menggugah perasaan. Ketika sedang berada di jalan raya, pernahkah Anda melihat seorang anak kecil (kadang bayi) yang digendong di tengah jalan oleh (mungkin) ibunya hanya untuk mendapatkan belas kasihan orang, hingga akhirnya orang lain merasa iba dan memberinya uang. Ketika menyaksikan kejadian tersebut apa hal yang Anda lakukan? Apakah sekadar berkata “kasihan sekali mereka” atau Anda akan mendekat dan memberinya uang?

Dari kejadian di atas, apa yang Anda rasakan berempati ataukah bersimpati? Lalu apa bedanya kedua kata tersebut? Empati maupun simpati adalah kata yang sering kita gunakan bila berada dalam keadaan atau kejadian yang serupa tetapi keduanya memiliki makna yang berbeda. Perbedaan empati dan simpati terletak pada kondisi yang akan memengaruhi tindakan yang kita ambil. Apabila simpati biasanya hanya akan berhenti pada rasa iba, sedangkan empati akan berlanjut pada tindakan membantu. Terkadang banyak orang yang merasa bahwa dirinya sudah cukup berempati pada orang lain, namun mungkin saja yang ia lakukan hanyalah sebatas pada simpati.

Berempati bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Sebagian orang tidak bisa berempati karena tidak terbiasa berlaku demikian sejak kecil. Sebagian lainnya enggan berempati karena takut dianggap “sok peduli” pada orang lain. Ada pula orang yang malas berempati karena memiliki pengalaman buruk ketika berempati pada orang lain, entah karena sikapnya disalahartikan atau justru sikap baiknya ini jadi dimanfaatkan oleh orang lain. Terlepas dari semua alasan tersebut, empati adalah sebuah tindakan yang baik. Namun, empati berlebihan pun berpotensi membuat orang lain merasa aneh dengan sikap yang kita tunjukkan hingga menimbulkan prasangka negatif dan tidak nyaman.

Kejadian yang dapat menggugah empati seseorang tidak selalu hal yang menyedihkan atau membuat orang lain merasa iba. Ketika kita mendapati teman kita bahagia atau sedang bangga dengan keberhasilan yang diraihnya, kita dapat berempati dengan mendengar ceritanya yang menggebu, memberi pujian, dan menyemangati agar lebih sukses di kemudian hari. Kelihatannya memang sepele, tetapi menjadi pendengar yang baik, menunjukkan ekspresi senang, terlibat dalam pembicaraan secara emosional, dan memberi masukan bagi keberhasilan orang lain akan sangat besar manfaatnya.

Di saat pandemi seperti ini, ada banyak cara kita untuk melatih dan mempertajam rasa empati. Banyak teman kita memanfaatkan waktu dengan berkarya. Membuat video pembelajaran misalnya. Dengan membantu mengirimkan video tersebut kepada orang-orang yang kita kenal, grup-grup alumni kita, bahkan sekadar menambah “jempol” (like) bisa menjadi salah satu bentuk empati. Terlebih lagi bila video tersebut dilombakan, satu like pun akan sangat berarti. Karena akibatnya akan sangat besar, tidak hanya untuk teman kita secara pribadi tetapi bisa lebih luas lagi, yakni branding sekolah kita. Masyarakat luas bahkan Indonesia dapat melihat dan menilai karya yang dihasilkan sekolah kita. Bisa jadi, karya teman atau karya kita sendiri, akan menjadi salah satu rujukan bagi mereka untuk belajar atau membuat karya. Oleh karena itu, berempati dengan hasil karya teman kita sebaiknya menjadi suatu gerakan tanpa komando.

Apabila kita ingin membangun rasa empati, maka jangan pernah menilai seseorang atau suatu kondisi hanya dari sudut pandang kita sendiri. Terkadang, beberapa orang enggan meminta bantuan meskipun ia merasa kesulitan. Namun, tidak ada salahnya jika kita dengan tulus menawarkan bantuan kepada orang lain. Karena dengan begitu kita telah menunjukkan rasa empati dan peduli dengan orang lain. Sebaliknya, ketika kita telah memberikan bantuan kepada orang lain jangan pernah mengharapkan diperlakukan hal yang sama oleh orang lain.

Learning to stand in somebody else’s shoes, to see through their eyes, that how peace begin, and it’s up to you to make that happen. Empathy is a quality of character that can change the world. (Barack Obama)