Mengubah Image Metode Ceramah di Kelas

Oleh : Sri Walji Hasthanti

Senin, 17 Agustus 2020
Bagi guru metode ceramah sangat efektif digunakan untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan. Metode ini dianggap metode yang paling lama digunakan dalam mengajar. Selain itu, metode ini sangat sering digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran yang dituturkan secara lisan oleh guru kepada siswa yang umumnya akan diikuti dengan kapasifan. Bahkan dikatakan metode ceramah sering dikambinghitamkan sebagai penyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Hal tersebut dikarenakan adanya dominasi guru dalam proses pembelajaran.

Pada metode ceramah, umumnya hanya didampingi papan tulis sebagai media. Kegiatan yang dilakukan siswa pun hanya mendengarkan penjelasan, mencatat materi, serta mengerjakan evaluasi. Metode seperti ini tentu saja sangat membosankan, aktivitas pembelajaran pun tidak menarik, dan pastinya menyebabkan siswa mengantuk. Maka, alasan inilah yang menyebabkan metode ceramah dianggap metode yang kurang menarik dan dituduh sebagai penyebab utama rendahnya minat dan hasil belajar siswa.

Lalu benarkah metode ceramah memang membosankan? Metode ceramah ternyata juga dapat menjadi metode pembelajaran yang menyenangkan, menghidupkan suasana belajar, serta mempertajam pemahaman siswa di kelas. Semua itu dapat dicapai apabila dipersiapkan dengan baik dan didukung dengan penggunaan media pembelajaran yang menunjang. Penggunaan metode ceramah akan lebih berkualitas apabila guru menerapkan strategi dengan menekankan pada aktivitas belajar siswa sedangkan guru berkedudukan sebagai fasilitator. Lalu apa fungsi fasilitator? Fasilitator bertugas menyediakan media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Tentu saja media yang disediakan guru adalah media yang dapat mematik kecerdasan, sesuai dengan perkembangan, dan kebutuhan siswa. Dengan demikian aktivitas pembelajaran akan lebih hidup dan dinamis.

Pertama, guru dapat menyiapkan poin-poin penting yaitu inti sari dari materi yang akan disampaikan dalam bentuk potongan-potongan kertas, slide, ataupun gambar yang menarik perhatian siswa. Keuntungan bagi guru adalah efisiensi waktu karena tidak banyak waktu digunakan untuk menulis di papan tulis atau untuk mendikte siswa. Selain itu siswa akan lebih mudah menangkap maksud penjelasan guru dengan cepat.
Kedua, dari inti sari materi ajar yang berupa potongan-potongan kertas kemudian dijadikan sebagai bahan “ceramah” siswa yang disampaikan secara interaktif di depan kelas atau kelompoknya (jika guru menerapkan diskusi kelompok). Siswa secara aktif dapat mengembangkan materi atau memberi contoh sesuai kemampuan dan pengalaman siswa. Siswa juga dapat mengulang materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya dengan menggunakan potongan-potongan kertas di atas. Maka, secara otomatis siswa akan belajar dan mengingat materi pelajaran tersebut.
Ketiga, setelah siswa menyampaikan presentasinya, guru mengajak siswa untuk membuat refleksi dan simpulan dari materi pelajaran yang telah dipelajari. Dan dengan bantuan guru, siswa dapat mengemukakan hal-hal baru, mengungkapkan contoh-contoh, dan relevansinya terhadap kehidupan siswa. Ketika siswa mendapat kesempatan menyampaikan materi di depan kelas atau di depan kelompoknya, saat itulah siswa mendapat pengalaman baru yakni keberanian untuk berbicara. Selain itu, baik siswa yang menjadi penutur maupun pendengar akan lebih mudah memahami materi pelajaran. Karena mereka terlibat aktif dalam proses pembelajaran tersebut.