Ulama Mengurangi Pendewaan Tokoh dengan Memunculkan Kuburan

Oleh: Muttaqin (Ketua Pemuda Muhammadiyah, Guru SMP Muhammadiyah Plus Salatiga)

Kata ulama dalam masyarakat Indonesia merupakan sebutan untuk orang yang ahli di bidang agama Islam. Secara bahasa ulama merupakan bentuk jamak dari kata alama yang mempunyai arti mengetahui. Secara kenyataan, jika manusia sudah disebut alim dapat dipastikan pengetahuannya melebihi masyarakat awam pada umumnya.

Islam adalah agama fitrah yang sesuai dengan denyut nadi kehidupan manusia. Jalan menuju kebenaran sudah dibentangkan melalui risalah al Quran yang turun 15 abad yang lalu. Warning supaya tidak berbuat menyalahi aturan sudah terpapar jelas sehingga ibarat alat elektonik manusia sudah dibekali buku panduan, maka akan aman sampai batas waktu yang ditentukan. Aturan Allah untuk manusia bukanya menyulitkan melainkan memudahkan. Hal ini diibaratkan saat manusia ingin memakai sesuatu, jika sudah sesuai dengan rambu-rambu pengaturan maka kesalahan, kerusakan jauh dari harapkan.

Ulama adalah orang yang sudah memahami isi kandungan al Quran sehingga apa yang disampaikan bertujuan untuk mengarahkan manusia selalu di garis lurus. Islam merupakan agama yang mengajarkan ketauhidan sehingga memandang Allah sebagai satu-satunya penguasa. Seorang ulama selalu menjaga terhadap umatnya untuk tidak mensejajarkan Allah terhadap selainya karena hal ini merupakan sebuah kegelapan yang nyata.

Hadirnya ulama di tanah air khusunya pulau jawa membawakan kearifan tersendiri. Para pendakwah ini kemungkinan masih menyadari terhadap pengaruh agama sebelumnya dengan keparcayaan banyak dewa atau kekuatan orang saleh yang sudah meningal sehingga menimbulkan keunikan hasanah Islam. Keindahan ulama nusantara dalam menyikapi tokoh berpengaruh ketika sudah wafat sangat menakjubkan. Hal ini dapat ditemui melalui banyaknya kuburan untuk satu tokoh namun tempatnya ada dalam berbagai daerah. Dapat mengambil contoh Sunan Geseng yang diberitakan melaui musabab.com yang ditulis oleh Ali Asmoredjo bahwa tokoh ini memiliki 4 kuburan. Kuburan tersebut berada di Bantul, Magelang, Tuban, dan Kediri.

Ulama terdahulu, dalam hemat penulis mempunyai pesan tersirat yaitu dengan melebihkan pemakaman maka untuk mendewakan atau mengkultuskan kuburan orang saleh sangat sulit. Hal tersebut karena dapat dimungkinkan dengan pemakaman yang banyak itu menggagalkan fokus. Seperti jika ada seseorang yang mendewakan makam orang salih di suatu tempat ternyata itu bukan. Orang Islam terhadap kuburan mengandung dua hal yaitu positif dapat menambah iman sebab mengingatkan kematian tetapi juga negatif karena rawan kemusyrikan.

Upaya ulama dalam mengaburkan pemakaman seorang tokoh dapat dikatakan unik sehingga dengan hal tersebut secara halus dapat mengikis kemusyrikan.