Oleh: Farrah Zakiyah Anwar
Guru Bahasa Inggris SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga

Manusia diciptakan dengan akal, pikiran, perasaan, emosi dan juga nafsu. Adakalanya ketika melihat seseorang yang berparas ayu, tampil menawan bersama balutan baju modern bermerek serta memiliki popularitas dan kedudukan yang tinggi, terbesit perasaan ingin menjadi seperti apa yang dilihat oleh mata. Berbisik dalam hati dan berkata betapa beruntungnya orang itu memiliki kehidupan yang sempurna. Bisikan hati tersebut rupanya menimbulkan perasaan tidak puas terhadap kehidupan yang dijalaninya sekarang ini. Dampaknya, emosi itu menuntunnya pada perilaku kufur nikmat. Tak heran jika ada pepatah “Jangan terlalu sering lihat ke atas, perbanyaklah lihat ke bawah.”
Pepatah tersebut terbentuk bukan tanpa sebab. Seseorang yang kerap memandang orang lain lebih unggul darinya dari segi fisik, gaya hidup, pekerjaan bahkan kedudukan dan membandingkannya dengan porsi yang dimiliki adalah definisi dari orang yang menengadahkan kepalanya ke atas. Orang tersebut berusaha untuk mencari cara agar tampil memesona, modis, keren dan terlihat hebat oleh pandangan mata lainnya. Tentu kondisi ini akan membawa kerugian pada diri karena obsesi dan ambisi yang mendominasi untuk menempati situasi yang diinginkan.
Berbanding terbalik dengan orang yang menundukkan kepalanya ke bawah, memaknai kehidupan sebagai bentuk syukur kepada Sang Pencipta. Melihat orang yang tak bernasib baik seperti dirinya. Masih banyak orang yang harus berjalan jauh, menawarkan barang dagangannya di bawah panasnya terik matahari sampai dinginnya angin malam yang menusuk tulang demi sesuap nasi. Banyak orang yang harus berpindah dari satu kawasan ke kawasan lainnya demi mencari tempat untuk berteduh dan mengistirahatkan badannya bahkan tak jarang orang-orang yang tidak dilahirkan dengan fisik sempurna harus rela menawarkan jasanya demi bertahan hidup.
Sungguh kita termasuk kedalam golongan merugi jika terus-menerus membandingkan diri dengan kehidupan lain di atas kita. Dalam surah Ibrahim ayat 7, Allah Swt. telah berjanji terhadap hamba yang pandai bersyukur yaitu “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Sudah jelas tergambar bahwasanya kita sebagai manusia harus memperbanyak rasa syukur dengan menghargai hidup dan memberi banyak manfaat pada makhluk lainnya. Jadikan orang yang berada di atas sebagai motivasi untuk memaksimalkan kualitas diri mencapai mimpi. Dan yang paling penting, berhati-hatilah dalam memandang, karena meletakkan pandangan yang salah akan menjauhkan kita dari nikmat Allah Swt.