Oleh: Sri Walji Hasthanti

“Muhammadiyah sekarang ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka, teruslah kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan di mana saja. Jadilah guru, kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah meester, insinyur dan lain-lainnya dan kembalilah kepada Muhammadiyah.” (KH. Ahmad Dahlan)
Nasihat K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah di atas sungguh dalam maknanya. Ibarat kacang tidak lupa kulitnya, artinya seseorang yang telah berhasil dan sukses janganlah melupakan jasa seseorang atau lembaga tempat ia dulu menimba ilmu hingga menjadi orang berhasil. Mengenyam pendidikan di Muhammadiyah dan kembali berjuang bersama di Muhammadiyah melalui pendidikan, adalah suatu kebanggaan tersendiri. Pendidikan merupakan aspek penting dalam kehidupan yang menjadi tolok ukur pengetahuan. Sedangkan tujuan dari pendidikan sendiri pada dasarnya adalah untuk memanusiakan manusia, bukan hanya unggul dalam bidang akademik tetapi juga budi pekerti.
Hal ini sejalan dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah “Agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Perjalanan panjang telah ditempuh Muhammadiyah dalam perannya membentuk insan cerdas berakhlak mulia. Hingga saat ini Muhammadiyah berkembang pesat dari waktu ke waktu dan telah mendedikasikan dirinya untuk bangsa dan negara. Muhammadiyah sendiri adalah bagian yang tidak lagi bisa terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peran serta Muhammadiyah untuk menjadi wadah dalam membangun karakter anak-anak bangsa pun telah membuahkan hasil dan tersebar tidak hanya di negeri Indonesia.
Lembaga pendidikan Muhammadiyah telah banyak ragamnya dan tidak bisa dipandang sebelah mata. Sejak lahirnya Muhammadiyah sampai sekarang semua amal usaha yang dibangun ditujukan untuk mendidik dan memajukan kader bangsa, mulai dari taman kanak-kanak, sekolah, pondok pesantren, universitas, dan lembaga/amal usaha lainnya. Adanya muatan-muatan pendidikan Islam yang menjadi dasar pendidikan serta paduan pendidikan pondok pesantren dan pendidikan modernlah yang membedakan Muhammadiyah dengan lembaga pendidikan lain. Maka, pengetahuan yang diperoleh pun juga menjadi semakin kompleks antara ilmu umum dan keagamaan.
Proses pendidikan pada lembaga Muhammadiyah yang selalu mengedepankan pembaharuan membuat kader Muhammadiyah bisa berpikir mandiri dan progresif untuk memajukan bangsa dan negara. Contoh nyata saat ini adalah sumbang pikir dan kesigapan dalam keadaan kritis karena dampak pandemi Covid-19 yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Muhammadiyah ikut andil dalam membantu pencegahan persebarannya dengan memberi alternatif solusi, sekaligus pertanggungjawaban atas solusi yang diberikan tersebut. Solusi yang diberikan antara lain dengan mengemas sistem pendidikan yang lebih praktis dengan metode daring, video pembelajaran, virtual meeting, serta berbagai bentuk pelayanan prima lainnya kepada orang tua/peserta didik. Hal ini semata-mata untuk mencegah meluasnya Covid-19 dan mengutamakan keselamatan warga Indonesia, terkhusus para kader dan peserta didik yang berada di bawah naungan Muhammadiyah.
Pada berbagai aspek Muhammadiyah hadir untuk senantiasa memberi manfaat terlebih lagi dalam bidang keilmuan dan pemikiran modern. Hasil pendidikan lembaga Muhammadiyah telah melahirkan orang-orang besar, pemimpin dan kalangan cerdik pandai. Ketika jiwa terpanggil untuk ikhlas berjuang, ikhlas kembali kepada Muhammadiyah, menghidupi dan berdakwah untuk umat, maka Muhammadiyah tidak hanya menjadi besar namun juga kokoh. Alhasil, untuk mengawal perkembangan negara Indonesia menjadi Baldatun Toyyibatun wa Robbun Ghofur, yakni negara yang makmur dan dikasihi Allah akan terwujud, insya Allah.