Menunda Mengundang Penyesalan

Oleh: Farrah Zakiyah Anwar

Guru Bahasa Inggris SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga

Sebagian orang mungkin tidak asing lagi dengan ungkapan seorang penulis multi talenta Windry Ramadhina “Jangan menunda. Jangan habiskan separuh hidupmu untuk menunggu waktu yang tepat. Seringnya, saat kau sadar, waktu yang tepat itu sudah lewat. Kalau sudah begitu, kau cuma bisa menyesal.” Kalimat tersebut tentu tidak hanya sekadar pernyataan yang diujarkan begitu saja, melainkan menyimpan sebuah petuah. Tetapi sebanyak apapun kata-kata motivasi atau pepatah yang telah didengar dan diterima, selalu ada pelajar yang secara tidak sadar mengabaikannya seakan-akan lupa dengan pesan yang tersisip di dalamnya.

            Penundaan, atau para ahli menyebutnya dengan procrastination yaitu tindakan mengesampingkan pekerjaan yang menjadi kewajiban. Faktanya, setiap orang pernah melakukan hal ini dalam kehidupan. Seperti sebuah penelitian dari Muslikah, Mulawarman dan Andiyani (2018) yang melaporkan bahwa menunda-nunda pekerjaan tergolong persoalan yang sering dihadapi oleh pelajar. Oleh karena itu, hal demikian disebut dengan perilaku penundaan akademik. Namun masalahnya, apakah sikap menunda menjadi kerutinan ataukah sudah ditinggalkan? Menunda tentu tidak seharusnya dijadikan sebuah kebiasaan yang terus dilakukan karena akan mengakibatkan pekerjaan semakin berganda.

            Adapun faktor-faktor yang memicu perilaku menunda yaitu merasa memiliki waktu yang panjang, memandang pekerjaan dan tugas-tugas sebagai beban, tidak ada kemauan dalam diri, suasana hati yang tidak mendukung, ketidakpercayaan terhadap kemampuan, pengaruh lingkungan sekitar, manajemen waktu yang kurang baik, rasa malas yang tak terkalahkan serta lebih cenderung memilih kegiatan yang menghibur seperti berselancar di dunia internet. Hal itu didukung oleh pernyataan dari Kuss, Mark dan Jens (2013) bahwa pelajar lebih terlena dengan kesenangan yang ditawarkan jejaring sosial ketimbang menjalankan perannya sebagai seorang pelajar.

            Dengan banyaknya pelajar yang terpaku layar gawai dan tertipu oleh waktu membuat kesuksesan menjadi tertunda. Mengapa tidak,  ketika kewajiban yang sudah terikat deadline tidak segera dikerjakan, maka hanya akan membuat pikulan semakin berat dan saat deadline berada tepat di depan mata, maka akan “kelabakan” menuntaskan tugas dengan memeras otak dalam waktu yang singkat. Akhirnya pekerjaan dilalui dengan tergesa-gesa serta menyebabkan hasil yang tidak maksimal. Dari sanalah rasa penyesalan muncul, tugas yang sebenarnya mampu dikerjakan dengan baik justru menjadi buruk lantaran menundanya. Kewajiban selesai bukannya lega malah penyesalan yang tak mereda mengingat dalam prosesnya dikerjakan jauh dari kata sungguh-sungguh.

            Di era yang menuntut para pelajar belajar cepat ini seharusnya menyadarkan diri untuk lebih waspada dalam menghabiskan waktu. Untuk itu, mengingat dan memahami betul dampak buruk dari sikap menunda akan menjauhkan diri dari penyesalan. Sebelum memilih untuk menunda maka pikirkan terlebih dahulu konsekuensi yang akan diterima. Jika tidak, maka kegelisahan akan selalu menghantui. Seperti kata Mario Teguh “Siapa pun yang menunda melakukan yang baik, harus ikhlas hidup dan bernafas dalam kegelisahan”.

Sumber:

Muslikah, Mulawarman, & Ayu Andriayani. (2018). Social Media User Students’ Academic Procrastination. Jurnal Bimbingan dan Konseling, 7(20): 53-57. Kuss, D. J., Mark, D. G., & Jens, F. D. (2013). Internet addiction instudents: Prevalence and Risk Factors. Journal of Computers in Human Behavior, 29: 959-966.