Termasuk Pendidik Daring yang Manakah Kita? (Refleksi Pelaksanaan Pembelajaran Daring)

Oleh: Ana Irawanti

Salatiga, 8 Agustus 2020

            Pandemi Covid-19 memang mengubah segala tatanan yang sudah mapan termasuk dalam bidang pendidikan. Terbukti Covid-19 telah berhasil memaksa lembaga pendidikan di Indonesia untuk melaksanakan pembelajaran daring. Pembelajaran daring menjadi opsi yang dipilih sebagai upaya terlaksananya pembelajaran bagi peserta didik meskipun tidak bisa datang ke sekolah. Lembaga pendidikan dasar hingga perguruan tinggi melaksanakan pembelajaran daring secara serentak. Meskipun demikian, kualitas pembelajaran daring setiap lembaga tidak akan sama. Kualitas pembelajaran daring dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor dari pendidik itu sendiri.

Namun, kenyataannya banyak pendidik yang tiba-tiba menjadi “gagap mengajar” karena harus mengubah cara mengajar secara tiba-tiba menjadi sistem daring. Pendidik harus menyesuaikan diri dengan perubahan sistem pembelajaran yang banyak memanfaatkan teknologi. Secara garis besar ada 4 kelompok pendidik dalam pembelajaran daring.

   Kelompok 1

              Pendidik dalam kelompok ini adalah pendidik yang tergolong “gaptek” atau gagap  teknologi dan terbatas dalam pemahaman pedagoginya. Pendidik hanya melaksanakan pembelajaran daring dengan mengirim materi dan tugas melalui email atau Whatsapp. Kemampuan mengajar dengan menggunakan teknologi hanya sebatas komunikasi melalui media soasial contohnya seperti WA. Hal ini mengakibatkan tidak adanya interaksi komunikatif antara pendidik dengan peserta didik. Peserta didik hanya dituntut untuk memahami materi  dan menyelesaikan tugas tanpa adanya umpan balik dari pendidik.

Kelompok 2

              Pendidik dalam kelompok 2 ini sudah lebih baik dari kelompok pertama. Kelompok pendidik kedua adalah pendidik yang sudah paham pembelajaran daring secara LMS (Learning Management System) dan dapat memanfaatkan fitur-fitur yang ada di dalamnya untuk melakukan evaluasi seperti membuat kuis. Pendidik sudah melakukan pembelajaran melalui platform seperti Moodle, Edmodo, Google Classroom, Rumah Belajar, Schoology atau platform lain yang sejenis. Namun, tidak jauh berbeda dengan pendidik kelompok 1 komunikasi yang terjadi masih sebatas bertukar catatan saja tidak ada interaksi dan komunikasi secara verbal maupun visual. Model pembelajaran daring seperti ini mengakibatkan peserta didik kehilangan suasana sosial dalam belajar.

Kelompok 3

Pelaksanaan daring oleh pendidik dalam kelompok 3 ini adalah pendidik yang sanggup mengelola pembelajaran melalui platform LMS (Learning Management System) dan menyiapkan materi dari berbagai sumber di internet. Selain itu, pendidik menciptakan interaksi langsung yang terjadwal dengan peserta didiknya. Pendidik dan peserta didik dapat berinteraksi dan berkomunikasi langsung dengan mendengar suara serta melihat gambar meskipun hanya melalui teknologi. Hal ini menciptakan adanya interaksi sosial dalam pembelajaran daring.

Kelompok 4

Pendidik dalam kelompok 4 ini melaksanakan pembelajaran daring seperti kelompok 3 tetapi,menambahkan instruksi belajar yang lebih bervariasi. Pendidik menjadikan dirinya sebagai sumber belajar dengan cara membagikan rekaman suara atau video pembelajaran yang dibuat sendiri untuk keperluan pembelajaran daring. Selain itu dijadwalkan interaksi dan komunikasi secara verbal maupun visual. Pendidik kelompok 4 inimemanfaatkan beberapa teknologisepertizoom dan live streaming youtube. Pendidik dapat memberikan instruksi-instruksi untuk memandu peserta didik melakukan collaborative learning dan experiental learning secara mandiri di tempat masing-masing.

Melalui cara tersebut pendidikdengan peserta didik terkoneksi sehingga menghidupkan suasana belajar seperti di sekolah. Pendidik dapat memandu peserta didik untuk melihat rumah dan keluarganya sebagai sebuah laboratorium ilmu pengetahuan alam sekaligus laboratorium ilmu sosial. Pembelajaran seperti ini akan menjadikan peserta didik merasa bahwa belajar jarak jauh itu tidak sebatasmembaca, menonton, mencatat, dan mengerjakan tugas di depan ponsel atau laptop sehingga peserta didik tetap dapat menikmati pengalaman belajar yang bermakna.

Marilah, merefleksi diri termasuk kelompok pendidik daring manakah kita. Apakahsudah menjadi pendidik daring yang memberikan pembelajaran bermakna bagi peserta didik atau hanya sebagai pendidik yang melaksanakan pembelajaran daring untuk menggugurkan tugas serta kewajiban?