ISTIQOMAH

Oleh: Amar Ma’ruf

Pengertian istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk  ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, serta meninggalkan semua bentuk larangan-Nya.
Ayat yang menyebutkan keutamaan istiqomah adalah firman Allah Ta’ala,
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah”  kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka , maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30)

Dalam HR.Tirmidzi, Ada seorang sahabat bertanya: ” ya Rasul tolong ajarkan sesuatu kepadaku yang paling penting dalam Islam, dan saya tidak akan bertanya lagi, kepada siapapun. Nabi menjawab ” Katakanlah aku telah beriman kepada Allah, kemudian istiqamah (Konsisten menjalankan perintah,dan menjauhi larangan.)

Maksud istiqomah di sini terdapat tiga pendapat di kalangan ahli tafsir yaitu : [1] Istiqomah di atas tauhid, [2] Istiqomah dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah, [3] Istiqomah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput.

Agar manusia tetap Istiqomah.
Ada beberapa kiat khusus agar seseorang tetap Istiqomah: (1) Memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar. (2) Mengkaji Al Qur’an dengan menghayati dan merenungkannya. (3) Iltizam (konsekuen) dalam menjalankan syari’at Allah. (Hikmah, Republika)

Maksudnya di sini adalah seseorang diharuskan untuk selalu konsekuen dalam menjalankan syariat atau dalam beramal dan tidak putus di tengah jalan. Karena konsekuen dalam beramal lebih dicintai oleh Allah daripada amalan yang sesekali saja dilakukan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari ‘Aisyah -radhiyallahu ‘anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ‘Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk  merutinkannya.

Istiqomah dalam Ber-Muhammadiyah
Kalau membaca 7 Pokok Pikiran Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, 
Pokok pikiran pertama, kedua, ketiga, dan keempat menyangkut bidang ideal, terkait dengan pokok ideologi Muhammadiyah. Poin ini dirumuskan secara kongkrit dalam pasal 4 dan 6 Anggaran Dasar Muhammadiyah. Menyatakan bahwa Muhammadiyah berasas Islam dengan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Nilai luhur agama menjiwai kehidupan di dunia.

Pokok pikiran kelima dan keenam merupakan persoalan inti dalam memperjuangkan ideologi tersebut. Mengikuti teladan perjuangan Nabi dan menjadikan organisasi yang bersifat sosial-keagamaan sebagai wadah atau alat perjuangan. Dakwah amar makruf nahimunkar dilakukan dengan prinsip tabsyir (menggembirakan), tajdid (pembaharuan), dan islah (membangun).

Pokok pikiran ketujuh menegaskan tentang tujuan dan cita-cita, mewujudkan masyarakat yang dirahmati Allah, yang terjamin keadilan, persamaan, keamanan, keselamatan, kebebasan. Hasil akhirnya adalah mewujudkan kehidupan yang baik dan bahagia dunia akhirat.
Oleh karena itu kita tinggal meneguhkan komitmen untuk senantiasa Iltizam (konsekuen) dalam menjalankan semua program Organisasi yang telah di susun dan disepakati bersama, dalam berbagai posisi kita.

Meminjam istilah Bapak Badwan, posisi dalam Ber-Muhammadiyah itu (1) Posisi Struktural yaitu sebagai Pimpinan, (2) posisi Fungsional, sebagai guru dan karyawan dan (3) sebagai kulturan, yaitu kita sebagai jamaah, walaupun dari hal-hal yang kecil.

Wallahu alam…