OLeh Benny RIdwan

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,
- Etiket adalah menyangkut cara bagaimana seharusnya seseorang bersikap, etiket berkaitan dengan kebiasaan, maka etika menyangkut refleksi rasional apakah suatu tindakan boleh atau tidak boleh dilakukan. Boleh atau tidak boleh dalam konteks etika adalah menyangkut dua hal yakni cara dan juga tujuan suatu perbuatan. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedangkan etika tetap berlaku, dengan atau tanpa kehadiran orang lain. Dalam konteks etika misalnya manusia tidak pernah boleh mengambil barang yang bukan haknya, walaupun barang itu tidak diketahui pemiliknya. Etiket bersifat relatif sedangkan etika lebih bersifat umum, universal. Etiket lebih menekankan penampilan lahiriah, sedangkan etika lebih pada penampilan batiniah, terutama mengenai motivasi suatu perbutan dilakukan.
- Etika kerukunan mengajarkan moralitas secara langsung agar manusia menjadi lebih baik, ikhtiar mencapai pengertian yang mendasar tentang moral. Maka etika kerukunan adalah usaha “saya”, usaha “kita”, usaha manusia, untuk memahami bagaimana ber-laku kepada sesamanya, juga kepada yang bukan sesamanya. Etika kerukunan adalah bagaimana “saya” ber-laku terhadap diri sendiri, juga kepada yang lain, sehingga etika kerukunan mempunyai dimensi ke dalam dan keluar. Dan yang lain, juga bisa, untuk mengatakan “saya”, sebagaimana saya bisa untuk berkata “saya”.
- Mengapa etika kerukunan dibutuhkan? Ketika persoalan kehidupan manusia (beragama) menjadi begitu kompleks sehingga membutuhkan solusi praktis dan pertimbangan etis dari para pelaku yang terlibat di dalamnya. Di samping itu munculnya etika kerukunan ini berangkat dari kepedulian etis yang mendalam untuk mengatasi problem hubungan antaragama yang semakin akut.
- Jika kita merenung secara mendalam, kerukunan di negeri ini dapat meredam disintegrasi bangsa. Keindonesiaan kita menghadapi tantangan berat berupa kekerasan dan ketidakpercayaan pada golongan maupun komunitas lain. Padahal, dalam inti terdalam kemanusiaan kita, menghargai orang lain-liyan (the other) merupakan watak dasar manusia Indonesia, yang sudah teruji berabad-abad lamanya.
- Dalam perspektif sosiologi, jika kerukunan umat beragama melemah itu merupakan salah satu indikasi bahwa masyarakat sedang mengalami patologi sosial berupa penyakit anomie. Anomie adalah sebuah kondisi masyarakat dimana agama, pemerintah dan moralitas [kearifan lokal] telah kehilangan keefektifannya.
- Upaya pencegahan harus dilakukan oleh seluruh pihak di Indonesia, yang masih menginginkan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia [NKRI] dan masih ingin menerima pluralisme yang ada. Adapun penanganan ini hendaknya dilakukan oleh : Pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, pengusaha, kaum cendikiawan, Para orang tua dan keluarga.
- Etika Kerukunan dapat menjadi bentuk kesadaran partisipasi aktifdalam mengatasi problem hubungan antaragama. Etika kerukunan sering mendekati dan menghasilkan solusi ke masalah spesifik yang yang bersifat universal. Lebih lanjut dari itu adalah adanya gerakan kuat untuk membangun kedamaian, harmonisasi, kerjasama antar umat beragama dan untuk generasi mendatang.