BERSYIRKAH

Oleh Muhlisun, M.Pd

Baik untuk direnungkan dan diaplikasikan.
Kenapa Muhammadiyah disebut Persyarikatan? Karena dia berupa sistem tempat bersyirkah. Bertemunya banyak orang menjadi satu kesatuan di bawah sistem organisasi. Sistemlah yang di atas orang, bukan sebaliknya orang di atas sistem. Dalam berita tahunan 1927 disebutkan, “Kalimat syarikat itu berarti kumpulannya beberapa orang untuk melakukan sesuatu dengan semufakat mungkin dan bersama-sama”.

Muhammadiyah kuat karena orang-orangnya mau bermufakat alias bermusyawarah dan menyatukan diri secara bersama dalam Persyarikatan. Dalam begerakpun bukan atas kehendak sendiri-sendiri tetapi secara kolektif-kolegial berkoridor sistem organisasi. Dalam poin keenam muqoddimah AD Muhammadiyah disebutkan, “Perjuangan mewujudkan pikiran-pikiran tersebut hanya dapat dilaksanakan dengan berorganisasi”.

Karena itu dalam berorganisasi kita harus ikhlas mengikat diri dalam semangat kesatuan dan kebersamaan di bawah panji Persyarikatan. Setiap anggota secara bersama-sama menyatukan hati, pikiran, tindakan dan langkah dalam jiwa persaudaraan untuk berada dalam suatu barisan yang kokoh sebagaimana Al-Qur’an Surat Ash-Shaff ayat 4. Setiap orang mempunyai kekurangan, maka organisasi menjadi tempat saling melengkapi dan menguatkan dalam mewujudkan misi dan tujuan. Muhammadiyah menjadi besar justru karena kebersamaan dalam satu barisan yang kokoh.

Berorganisasi itu berkorban untuk kebersamaan dan sistem sebagaimana hukum bersyirkah. Dalam mengambil keputusan ikhlas bermusyawarah dan bermufakat. Menghadapi dan menyelesaikan masalah dengan hati dan pikiran yang jernih, tasamuh, tawadhu’, dan mengedepankan maslahat. Seraya menjauhi sikap merasa benar sendiri, mau memang sendiri dan mencegah mafsadat secara ma’ruf. Kedepankan persaudaraan yang dilandasi kasih sayang dan kebaikan. Seraya menjauhi amarah, kebencian, dan permusuhan.

Dalam berorganisasi hindari sikap angkuh diri, bertindak sendiri-sendiri, berpikir sendiri, memaksakan kehendak sendiri dan mengambil jalan sendiri-sendiri. Tegas tak harus garang dan kasar diri. Lembut dan tasamuh bukan pertanda lemah dan buruk diri. Jika berorganisasi sekehendak diri maka bangunan Muhammadiyah akan luruh dan bisa runtuh.

Dalam Muhammadiyah sikap negatif tersebut tentu tidak boleh terjadi karena bertentangan dengan hakekat berorganisasi dalam satu kesatuan persyarikatan.
Pupuk ukhuwah yang otentik, yang lahir dari jiwa islami yang tulus dan bukan verbal. Ukhuwah itu mudah dikatakan tetapi susah dipraktikkan, terutama saat ada masalah dan perbedaan. Membangun rasa bersaudara dalam persyarikatan menuntut pengorbanan untuk saling memahami, peduli, dan berbagi. Allah mengingatkan kaum beriman yang artinya : “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Qs Al-Hujarat: 10). Sikap keras hati dan merasa benar sendiri sering menjadi ganjalan dalam berukhuwah di organisasi.

Berorganisasi juga menuntut komitmen menyatukan diri dalam nilai-nilai dasar yang dipedomani bersama. Dalam berorganisasi harus senantiasa memedomani Prinsip, Kepribadian, dan Khittah Muhammadiyah, serta Pedoman Hidup Islami dengan komitmen kolektif yang tinggi. Bukan atas kehendak, pikiran, dan ukuran pribadi. Bacalah, hayati, dan aplikasikan pemikiran-pemikiran resmi dalam Muhammadiyah agar menjadi pedoman dan acuan berorganisasi. Komitmen itu muaranya di jantung hati dalam wujud kesetiaan. Setia membela organisasi dikala suka dan duka dengan rasa cinta dan bangga.

(Sumber tulisan Suara Muhammadiyah edisi 23 TH. KE -105 pada kolom bingkai oleh Prof Dr H Haedar Nashir, MSi).
Catatan:
Sangat penting untuk memajukan Tokomu yang kondisinya jalan di tempat.
Bergabunglah berinves di Tokomu berapun, sehingga betul betul menjadi TEMPAT BERBELANJA DARI KITA UNTUK KITA,
JIKA KITA PUNYA,
KENAPA PERGI BELANJA KE TEMPAT LAIN!