AL-KAUTSAR DAN AT-TAKATSUR

Oleh: Sa’adi

At-takatsur dan al-kautsar sama-sama dari akar kata katsura (banyak).
Takatsur menggambarkan suasana orang yg mengejar nikmat (materi, anak, pengikut , kuasa dll) yg lbh bersifat orientasi kuantitatif duniawi semata, sempit dan jangka pendek/ sementara.

Sedangkan kautsar lebih kepada makna mengejar perolehan nikmat melimpah berdimensi ruhani kualitatif yg luhur luas dan langgeng spt diberikan kpd para nabi, orang-orang shalih, pejuang/mujahid dan ulama/ilmuwan beriman.

Takatsur adalah kompetisi hidup bernilai material biologis ekonomi shg sering penuh konflik intrik dan fitnah.

Kautsar adalah kompetisi bernilai kebajikan kesucian ilahiyah spiritual ruhani ukhrawi shg penuh berkah menentramkan hati, kluarga , masyarakat dan lain-lain.

Anak-anak keturunan dengan falsafah hidup takatsur itu bersifat biologis ekonomis semata. Sehingga:
(Sesungguhnya hartamu dan anakmu itu adalah fitnah). Hanya menjadi pewaris harta benda. Mereka itulah yg sejatinya ABTAR ( yg terputus nikmat sejarahnya)

Anak-anak dan keturunan dlm spirit kautsar adalah ideologis intelektual spiritual yg bernilai abadi (jariyah) , sabda Nabi:
( waladun shalihun yad’u lahu, anak yg selalu berdoa untuk orangtua). Menjadi Pewaris perjuangan dan cita-cita suci dan luhur dari para leluhurnya sampai ke anak cucu dst.

Wallohu a’lamu bi shawabihi.
Salatiga 24 November 2020.