Oleh: Sugiman
Pada saat ini orang familiar menyebutnya era revolusi industri ke 4 atau era revolusi industry (RI 4.0), atau era disruption. Ketiga istilah ini berasal dari hal sang sama, yaitu era kehidupan digital, dimana setiap masyarakat akan selalu terkoneksi dengan masyarakat lainnya sedunia, melalui jaringan internet, serta terciptanya big data di dunia maya. Pada saat ini terjadi perubahan yang besar dalam perilaku kehidupan masyarakat. Mulai dari life style, cara belajar, cara hidup bermasyarakat, sampai kepada cara bekerja pada profesi yang ditekuninya. Pada era sekarang ini dipenuhi dengan tanda kemodernan dan kemajuan teknologi informasi yang sangat cepat. Masyarakat lebih banyak memegang HP (smartphone) dibandingkan bersosialisasi secara langsung. Masyarakat lebih suka berteman dengan banyak grup di jejaring sosial, daripada mereka membangun harmoni secara langsung atau silaturahmi. Bahkan, mereka seringkali mendapatkan “pemahaman” agama dari grup WhatsApp dibandingkan dari buku atau kitab yang sahih atau majelis ilmu. Hal ini saya kira merupakan tantangan Pendidikan kita di era digital ini? Termasuk tantangan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai institusi yang terpercaya mengelola Pendidikan di negeri ini. Selain tantangan tersebut, bahwa generasi yang sekarang ini sedang ngenyam pendidikan di jenjang SMP dan SMA adalah generasi yang akan memimpin negeri ini untuk 25 tahun mendatang yang kita sebut generasi emas 2045. Oleh karerna itu merupakan sebuah keniscayaan jika saat ini kita perlu merancang proses-proses pendidikan untuk menciptakan generasi tahun 2045. Tentunya tahun 2045, pada saat Indonesia berulang tahun emas atau 100 tahun merdeka, memang memiliki tantangan yang lebih kompleks daripada kehidupan saat ini. Dua puluh lima tahun merupakan rentang waktu yang cukup Panjang. Dapat saja terjadi kejutan-kejutan kehidupan baru dengan ekses-ekses nya yang berperngaruh signifikan bagi masyarakat. Seperti sekarang yang sungguh sangat kita rasakan dalam kehidupan ini sudah banyak yang pekerjaan-pekerjaan yang sudah tidak dilakukan oleh tenaga manusia semua tergantikan dengan tenaga mesin, robot, dan lain-lain. Hal ini tentunya perlu antisipanya penyiapan generasi yang handal yang mampu bersaing di era digital. Apa yang harus dilakukan Pendidikan kita? Apa yang harus disiapkan Persyarikatan Muhammadiyah kita? Muhammadiyah dengan konsep pembaharuannya terpanggil untuk hadir mengatasi tantangan ini. Muhammadiyah diakui sebagai organisasi Islam yang paling menonjol dalam amal usaha pendidikan. Pendidikan bahkan menjadikan ciri penting bahkan telah melekat pada Gerakan Muhammadiyah. Persyarikatan Muhammadiyah telah teruji memiliki Lembaga Pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi dimiliki Muhammadiyah, termasuk taman kanak kanak Aisyiyah Busthanul Athfal yang terbesar di seluruh tanah air. Ciri penting dan merupakan kepeloporan Muhammadiyah dan Lembaga pendidikan yang dirintis dan dikembangkannya adalah system pendidikan Islam modern yang terpadu atau holistik. Artinya pendidikan Islam yang diperkenalkan oleh Muhammadiyah memadukan pendidikan agama dan Pendidikan umum dalam satu kesatuan system, baik dalam bentuk sekolah atau perguruan umum atau madrasah dan pondok pesantren.
Menghadapi kondisi tersebut diperlukan karakter yang antisipatif, proaktif, dan solutif dalam menjawab tantangan-tantangan baru. Beberapa literatur menyebut beberapa karakter yang dibutuhkan di abad 21 ini, atau istilah “keterampilan” atau “kompetensi” abad 21. The Partnership for 21st Century Skills mengidentifikasi beberapa karakter yang harus dimiliki para pembelajar di abad 21, agar kelak mereka dapat berprestasi dan bersaing di dunia global. Karakter ini akan menopang secara signifikan terhadap daya jual (marketability) mereka di lingkungannya sesuai dengan profesi yang ditekuninya, kemampuan bekerja (employability) mereka yang mengarah pada profesionallistas, serta kesiapan menjadi warga negara yang baik (readiness for good citizenship). Ketiga karakter tersebut kemudian dijabarkan sebagai keterampilan abad 21 atau kompetensi abad 21, yang dikenal dengan “4C” atau “4K”, yaitu: kemampuan berfikir kritis dalam memecahkan masalah, kemampuan untuk kreatif dan enterpreuneur, kemampuan berkomunikasi dan kolaborasi, kemampuan untuk mentransformasi pengetahuan dalam bentuk pelayanan, serta kemampuan untuk bertanggung jawab sebagai warga negara.
Dalam konteks ke-Islam-an, merencanakan kehidupan atau generasi di masa depan merupakan hal yang sangat penting. Salah satu ayat Al Quran yang sangat relevan utuk dijadikan pedoman, terdapat dalam surat Al-Hasyr ayat 18. Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan” (Q.S al Hasyr 18)
Ayat ini mengisyaratkan pentingnya kita untuk mempersiapkan kehidupan masa depan yang lebih baik, apalagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam sebuah sumber, dalam Kitab Badai’ul Fawa’id dengan indah dilukiskan, “Semut selalu mempersiapkan bekal pada musim panas untuk musim hujan yang akan datang. Demikian juga seekor burung, jika telah mengetahui bahwa istrinya hamil maka dia segera mencari dan mengumpulkan jerami untuk membangun sarang sebelum istrinya bertelur.
Menyiapkan generasi masa depan, memang diperintahkan dalam ajaran Islam. Mempeloporinya untuk melakukan itu adalah sebuah amal saleh, apalagi jika diikuti oleh orang lain, maka akan bertambah pula nilai amal salehnya. Sabda Rosululloh Muhammad SAW, “barang siapa yang memprakarsai perbuatan yang baik, maka baginya pahala perbuatannya dan pahala orang-orang yang mengikuti jejaknya sesudahnya tanpa mengurangi sesuatu pun dari pahala mereka. Dan barang siapa yang memprakarsai perbuatan yang buruk, maka dia mendapat dosanya dan dosa orang-orang yang mengikuti jejaknya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka barang sedikitpun”.
Persyarikatan Muhammadiyah dengan konsep kemodernan dan kemampuan beradaptasi cepat terhadap perubahan akan menguatkan jati diri Muhammadiyah sebagai gerakan islam berkemajuan. Maka saat ini saatnya Tajdid Muhammadiyah mempelopori lahirnya generasi emas Indonesia yaitu generasi literasi yang berkarakter, yaitu generasi islam berkemajuan yang memiliki kemampuan menjawab tantangan zaman di era digital ini. Terdapat 6 literasi dasar, membaca, berhitung (numerasi), sain, digital, finansial, dan budaya dan kemanusiaan. Semoga kita istiqomah meneruskan perjuangan dan cita-ciata KH. Ahmad Dahlan dalam mewujudkan Islam Berkemajuan.