Oleh: Padmi (PDA Salatiga)
قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلٰوتِهِمْ خَاشِعُوْنَ
Sungguh beruntung orang-orang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya.
Khusuk dalam salat merupakan sifat seseorang mukmin yang beruntung. Jika seseorang benar-benar khusuk dalam salatnya, pikirannya selalu mengingat Allah. Mampu memusatkan semua pikiran dan panca inderanya untuk bermunajat kepada sang pencipta. Dia menyadari dan merasakan bahwa orang yang salat itu benar-benar sedang berhadapan dengan Tuhannya. Oleh karena itu seluruh anggota tubuh dan jiwanya dipenuhi kekhusukan, kekhidmatan, dan keikhlasan, diselingi dengan rasa takut dan diselubungi dengan penuh harapan kepada Tuhannya.
Nah, untuk dapat memenuhi syarat kekhusukan dalam salat, maka harus memperhatikan tiga perkara yaitu:
- Paham apa yang dibaca, supaya apa yang diucapkan lidahnya dapat dipahami dan dimengerti. Hal itu sesuai dengan ayat:
اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ اَمْ عَلٰى قُلُوْبٍ اَقْفَالُهَا
Maka tidakkah mereka menghayati al Quran ataukah hati mereka sudah terkunci? (Muhammad [47]: 24) - Ingat kepada Allah. Ini sesuai dengan firman-Nya:
وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ
Dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku. (Tha Ha [20]: 14)
- Salat berarti munajat kepada Allah. Jadi pikiran dan perasaan orang yang salat harus selalu mengingat dan jangan lengah atau lalai. Para ulama berpendapat bahwa salat yang tidak khusuk sama dengan tubuh tidak bernyawa. Akan tetapi ketiadaan khusuk dalam salat tidak membatalkan shalat dan tidak wajib diulang kembali.
InsyaAllah