SABAR

Oleh Muh, Zuhri

Orang sabar itu menjadi idola dan disayang teman. Kita berani berkata, orang sabar tidak punya musuh; tapi perlu bukti. Yang jelas orang sabar akrab dengan Allah. “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang sabar” demikian kata Al-Quran.  Kalau diminta memberi gambaran tentang sabar, boleh jadi kita sebut, orang sabar tidak mudah marah, tahan menderita, kalau disakiti tidak mudah membalas, suka senyum, tidak ngamukan, orangnya lemah, santai dan gontai. Nah, orang suka terlibat demo di Jakarta bagaimana? Tidak bisa digolongkan orang sabar? Orang pendiam disebut sabar?

Islam menyuruh orang tampil sabar, buktinya berulang kali Al-Quran menyuruh “bersabarlah!” Nabi pun diperintah “bersabarlah seperti para rasul ulul `azmi bersabar.”  Di antara tanda orang sabar itu bila ditimpa musibah berkata “sesungguhnya kita milik Allah, dan hanya kepadaNya kita kembali.” Kata “innaa lillaahi…”  adalah ekspresi kesabaran.

Ada beberapa tipe kesabaran dan ketidaksabaran. Misalnya ketika Nabi Ya’qub bersedih putranya, Yusuf, dipisahkan darinya oleh anak-anaknya hingga mengembara ke Mesir ditambah dengan putranya satu lagi, Bunyamin, tidak dapat dibawa pulang karena “disandra” oleh Yusuf, beliau berkata “sebaiknya memang harus sabar.” Sabar di sini berupa menahan marah dan derita.

Dalam kisah lain, ketika Nabi Musa belajar kepada Nabi Hidhir, menanyakan sesuatu sebelum waktunya, ia ditegur oleh sang guru “Bukankah aku telah berkata, engkau tidak akan sabar menyertaiku.” Ketidaksabaran di sini berupa ketergesa-gesaan Musa ingin tahu atas tindakan luar biasa sang guru.

Sabar juga dilukiskan dengan ungkapan “Jika ada di antara kalian dua puluh orang yang bersabar maka akan mengalahkan duaratus orang  musuh…” (al-Anfal; 65) dan “Jika ada di antara kalian seratus orang yang bersabar maka akan mengalahkan duaratus orang  musuh…” (al-Anfal; 66). Sabar di sini berupa tetap berperang melawan musuh, tidak mengeluh, apalagi meninggalkan perang.

Uraian di atas menunjukkan bahwa orang itu dikatakan sabar bila teguh sehingga berhasil menghadapi tantangan seperti sabarnya Nabi Ya’qub menghadapi cobaan, atau sabarnya ummat Islam yang tetap bertahan berperang menghadapi kafir Quraisy dalam perang Badar, Uhud dan lainnya. Orang yang tekun bekerja untuk menafkahi keluarga, orang berjuang menegakkan kebenaran di tengah rezim zhalim, melaksanakan amar ma’ruf dan memberantas kemunkaran disebut orang sabar. Sebaliknya, orang berkata “aku sabar nunggu nasib saja” tidak disebut sabar tetapi malas. Orang  sabar bukan bermalas dan berloyo-loyo, tetapi tegar, teguh dan.ulet.

Perlu dicatat juga bahwa orang sabar tidak mengeluh dan tidak memendam rasa dendam. Menahan marah untuk ditumpahkan pada lain waktu berarti menyimpan dendam. Bahaya, berpotensi stress karena ada ganjalan dalam hati. Orang sabar itu bekerja dengan hati lega tanpa keluhan. Maka benar bahwa sabar itu sehat karena hatinya lega sehingga tidak ada beban yang bikin stress. Orang sabar dibimbing Allah. Ia pasti punya banyak kawan karena mau mengalah dengan hati lega, bukan kalah.