Sabtu, 14 November 2020.
Rombongan Angkatan Muda Muhammadiyah Salatiga di pimpin oleh Hammam dan Amar ma’ruf dengan niatan studi banding managemen masjid. Kami di sambut gembira oleh pak Kusnadi (ketua pengurus masjid) dan beberapa pengurus yang lain termasuk imam dan direktur masjid mas Annas Sayyidina. Intinya ingin tahu pengelolaan masjid sehingga begitu viral.
Dalam obrolan yang santai, sambil sesekali tersenyum dan tertawa. Gaya khas obrolan anak muda, dan Bincang-bincang mengalir begitu saja. Kami memulai bagaiman kok bisa viral seperti itu. Kustadi menjabarkan. “Pada intinya masjid harus di kelola secara profesional seperti perusahaan. Umumnya masjid tidak diurus dengan benar. Umunya masjid itu bau, slot tidak ada, air tidak mengalir, malam hari digembok karena tidak ada badan pelayanan”. Imarohnya dan perawatannya tidak diurus, karena banyak takmir yang takut uangnya tidak cukup. Maka, masjid harus menjadi tempat yang menyenangkan, menggembirakan, ngangeni, dan melayani. Ada yang fokus dan mengurus yang berjiwa leadership, tambahnya.

Dia menambahkan bahwa awalnya banyak yang menentang dan tidak sepakat dengan adanya program imam digaji, masjid dibuka selama 24 jam, makan siang gratis dan pagi sarapan. Minimal hanya untuk minum saja menghabiskan 10 juta setiap bulannya dan hampir setiap bulan mengeluarkan gaji pegawai 24 juta. Banyak yang mempertanyakan, bagaimana untuk mendapatkan uang sebanyak itu. Ceritanya. Kata kunci yang selalu menjadi visi dan misinya adalah “Memakmurkan rumah Allah, maka anda akan dimakmurkan oleh Allah” kata Kustadi Ikhwani, yang sekaligus pengarang buku Marketing langit ini.
Dia berpendapat bahwa seorang Imam itu mempunyai amanah dan berat, maka ekonominya harus dibela. Selanjutnya dia melaksanakan program mendirikan salat, tidak hanya mengajak salat yaitu Takmir masjid pro-aktif mengajak warga untuk salat di masjid, mendatangi rumah para pejabat dan orang kaya untuk salat di masjid, dan membahagiakan jamaah masjid. Jelasnya. Memang untuk mencapai hal ini tidak semudah yang dibayangkan seperti saat ini. Hampir dua tahun saya dan teman-teman mempersiapkan dan meyakinkan orang lain.
Mengakhiri cerita, Hammam mohon pahit, berterima kasih atas ilmu yang diberikan, dan diakhiri berfoto bersama di dalam masjid al Falah Sragen.