Asesmen Diagnostik: Kunci Sukses Pembelajaran Berdiferensiasi

Lensa Pendidikan
Oleh : Ani Irawanti

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa dalam satu sekolah atau bahkan di ruang kelas, terdapat berbagai karakteristik peserta didik yang memiliki tingkat kesiapan belajar, minat, bakat, dan gaya belajar yang berbeda satu dengan yang lain. Oleh karena itu, mereka memerlukan pelayanan pengajaran yang berbeda satu dengan yang lainnya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran berdiferensiasi mengharuskan guru mengajarkan materi dengan memerhatikan tingkat kesiapan, minat, dan gaya belajar peserta didik. Guru juga dapat memodifikasi isi pelajaran atau konten, proses pembelajaran, produk atau hasil dari pembelajaran yang diajarkan, serta lingkungan belajar.

Purba (2021:27) menyatakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi berbeda dengan pembelajaran individual seperti yang dipakai untuk mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Dalam pembelajaran berdiferensiasi guru tidak menghadapi peserta didik secara khusus satu persatu agar ia mengerti apa yang diajarkan. Peserta didik dapat berada di kelompok besar, kecil atau secara mandiri dalam belajar. Supaya dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi secara efektif, guru perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang karakteristik setiap siswa. Di sinilah peran asesmen diagnostik menjadi sangat penting.

Kepmendikbud No.719/P/2020 menyatakan bahwa asesmen diagnostik merupakan penilaian atau asesmen kurikulum merdeka yang dilakukan secara spesifik dengan tujuan untuk mengidentifikasi atau mengetahui karakteristik, kondisi kompetensi, kekuatan, kelemahan model belajar peserta didik, sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik yang beragam . Secara ringkasnya asesmen diagnostik dapat diartikan sebagai proses pengumpulan data tentang kekuatan, kelemahan, minat, dan gaya belajar siswa sebelum pembelajaran dimulai. Data yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk merancang pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik. Dengan kata lain, asesmen diagnostik adalah langkah awal untuk memahami siswa secara lebih mendalam. Hal ini menjadi penting dilaksanakan sebelum pembelajaran berdiferensiasi dilaksanakan. Latar belakang atau alasan asesmen diagnostik itu penting dalam pembelajaran berdiferensiasi adalah sebagai berikut.

  1. Pemetaan Kekuatan dan Kelemahan
    Asesmen diagnostik membantu guru mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan setiap peserta didik. Dengan mengetahui hal ini, guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang dapat memperkuat kekuatan yang dimiliki peserta didik dan mengatasi kelemahannya.
  2. Penyesuaian Pembelajaran
    Hasil asesmen diagnostik digunakan untuk membuat pembelajaran yang lebih relevan dan menarik bagi setiap peserta didik. Guru dapat memberikan tantangan yang sesuai dengan kemampuan peserta didik, serta memberikan dukungan tambahan bagi peserta didik yang membutuhkan.
  3. Peningkatan Motivasi
    Ketika pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan dan minat, peserta didik akan merasa lebih termotivasi untuk belajar. Peserta didik akan merasa bahwa pembelajaran itu bermakna dan relevan dengan kehidupannya.
  4. Efisiensi Waktu
    Dengan mengetahui kebutuhan peserta didik sejak awal, guru dapat menghemat waktu dalam proses pembelajaran. Guru tidak perlu lagi menghabiskan waktu untuk mencari tahu apa yang sudah diketahui dan tidak diketahui oleh peserta didik.

Asesmen diagnostik memiliki beberapa jenis yang dapat diterapkan guru. Beberapa jenis asesmen diagnostik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran berdiferensiasi adalah sebagai berikut: 1) Tes tertulis, tes tertulis dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan awal peserta didik tentang suatu topik; 2) Wawancara, wawancara dengan peserta didik dapat memberikan informasi tentang minat, gaya belajar, dan kesulitan yang dialaminya; 3) Observasi, observasi dilakukan selama kegiatan belajar mengajar yang dapat memberikan informasi tentang perilaku peserta didik, gaya belajar, dan interaksi sosial; 4) Portofolio, portofolio merupakan salah satu bentuk asesmen yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik dari waktu ke waktu.

Asesmen diagnostik dalam pembelajaran dapat dilaksanakan pada semua mata pembelajaran. Contohnya seorang guru kelas VI ingin memulai pembelajaran tentang pecahan. Sebelum memulai pembelajaran, guru dapat memberikan tes kecil untuk mengetahui pemahaman awal peserta didik tentang konsep pecahan. Hasil tes ini akan digunakan untuk mengelompokkan peserta didik menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat pemahamannya. Kelompok yang sudah memahami konsep pecahan, guru dapat memberikan soal-soal yang lebih menantang, sedangkan untuk kelompok yang masih kesulitan, guru dapat memberikan penjelasan yang lebih mendalam dan latihan yang lebih sederhana.

Dapat disimpulkan bahwa asesmen diagnostik merupakan langkah awal yang sangat penting dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Melalui asesmen diagnostik, guru dapat lebih memahami kebutuhan dan karakteristik setiap peserta didik, sehingga dapat merancang pembelajaran yang lebih efektif dan bermakna.

Referensi

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 719 Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus.

Purba, Mariati, dkk. 2021. Prinsip Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction), pada Kurikulum Fleksibel sebagai Wujud Merdeka Belajar. Jakarta: Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemdikbudristek.