Terima Kasih Muhammadiyah kepada Bapak Ibu

Oleh Imam Sutomo (Ketua PDM Salatiga)

Semarak Milad ke-108 Muhammadiyah mewarnai seluruh penjuru kota di Indonesia. Ortom dan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) berpartisipasi dengan beragam kegiatan menyambut usia panjang Muhammadiyah di atas satu abad.

Puncak acara “Resepsi Virtual Milad Muhammadiyah” cukup spektakuler dengan penyelenggaraan dari tiga tempat berbeda. Pemirsa dapat melihat keindahan gedung Edutarium UMS di Surakarta yang direncanakan untuk Muktamar ke-48 dan masjid At-Tanwir Jakarta yang megah ramah lingkungan. Kehadiran tokoh utama Gubernur Jawa Tengah dan Presiden RI memperkuat makna signifikan Muhammadiyah dalam konstelasi kebangsaan.

Sambutan Bapak Ganjar Pranowo di awal acara sangat komunikatif dengan audiensinya dan orang nomor satu Jawa Tengah mempertunjukkan geliat Muhammadiyah yang konkret untuk bangsa. Pidato Bapak Jokowi Widodo yang sejuk secara jujur mengakui kontribusi luar biasa organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan (18 November 1912) sepanjang perjalanan sejarah negara Indonesia, terlebih lagi di era pandemi Covid-19 Muhammadiyah bergerak sampai akar rumput. Tampilan Taufik Ismail cukup memikat dan menjadi magnet khusus dengan gaya khasnya membacakan puisi panjang ciptaan sendiri.

Pidato Milad ke-108 Muhammadiyah oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengakhiri puncak acara resepsi virtual. Gaya khas Prof. Haedar tidak provokatif atau meledak-ledak dalam sambutannya, sebaliknya penuturan kalimat dengan tenang dan datar. Daya pikat kalimatnya yang terpilih, cenderung akademik sebagai icon ideolog Muhammadiyah yang belum tertandingi oleh penulis lainnya.

Muhammadiyah Salatiga mengikuti acara “Resepsi Virtual” di gedung lantai 3 SD Muhammadiyah Plus. Batin penuh syukur dan kagum melihat peserta yang hadir tepat waktu. ‘Aisyiyah mempunyai kontribusi khusus dalam konsumsi dan mengenalkan di momen spesial dengan produksi minuman segar halal full nutrisi. Karakter ‘Aisyiyah dengan semangat “berbagi” untuk negeri dan loyalis nasionalis sejati tergambar dengan gairah menyanyikan lagu Indonesia Raya. Tangis air mata Ibu ‘Aisyiyah tidak bisa terbendung saat lagu Sang Surya disuarakan dengan indah oleh mahasiswi dan peserta bersama-sama.

Program PDM selalu menggandeng sekolah, majelis, dan angkatan muda Muhammadiyah. Dalam hal teknologi komunikasi Mas Endra dkk. sudah teruji cukup bagus untuk menangani kegiatan virtual. Penguasaan dalam publikasi menjadi kekuatan utama dalam berkompetisi “unjuk amal nyata” dengan organisasi lainnya. Gerakan milenial Muhammadiyah Salatiga mempunyai kontribusi konkret untuk organisasi.

Para muzakki telah mengangkat citra SD dengan tampilan gedung indah, bersih, dan enak dipandang mata. Rasa bangga masuk ke gedung SD, terbayang para donatur muzakki orang tua yang ikut membesarkan nama Muhammadiyah Salatiga. Kepercayaan yang tinggi masyarakat kepada Muhammadiyah menjadi ujian pertanggungjawaban anggota PDM dalam mengelola organisasi.

Mengenang pendiri Muhammadiyah saat sakit parah, istri tercinta dengan tetes air mata duka mengadu, “Kiai, apakah tidak baik kalau nasihat dokter-dokter yang sudah sependapat bahwa untuk mengurangkan penderitaan kegeringan Kiai hanya satu jalan, ialah lepaskan pikiran-pikiran yang berat, terutama Muhammadiyah. Muhammadiyah itu masih panjang dan masih jauh perjalanannya.” KHA. Dahlan bergeming, tetap kukuh kuat, bersemangat mendakwahkan Muhammadiyah dan karunia Allah kini Muhammadiyah sudah genap 108 tahun. Satu hal yang membanggakan peran Ibu ‘Aisyiyah selalu mendoakan untuk suaminya, “Ya Allah, semoga Bapaknya anak-anak tetap bersemangat dalam berkhidmat di Muhammadiyah.”
Nashrun min Allah wa fathun qarib